KKNITY‍ 2016
Sabtu, 27 Agustus 2016

Uji Kualitas Air

Hampir di setiap tempat di bumi ini terdapat mikrobia-mikrobia tertentu. Ada sebagian mikrobia yang tidak berbahaya bagi manusia, bahkan ada yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia. Untuk mengetahui dan menguji keberadaan mikrobia di lingkungan, maka ada beberapa prosedur mikrobiologis untuk mengukurnya. Prosedur mikrobiologis ini dapat menentukan kualitas sanitasi. Metode-metode tertentu dapat menunjukkan derajat kontaminasi oleh limbah. Uji-uji mendeteksi dan mengenumerasi organisme indicator lebih cepat bila dibandingkan dengan mikrobia pathogen. Kelompok bakteri Koliform adalah salah satu contoh bakteri indikator penting pada air konsumsi, industri dan lainnya. Kepadatan kelompok bakteri Koliform dapat digunakan sebagai criteria derajat pencemaran dan kualitas sanitasi.

Signifikansi uji dan interpretasi hasil dapat digunakan sebagai dasar standar kualitas bakteriologik dalam penyediaan air. Metode yang digunakan dalam praktikum uji kualitas air kali ini adalah metode MPN (Most Probable Number), dengan menggunakan teknik tabung fermentasi. Kelompok koliform adalah semua bakteri aerobic dan anaerob fakultatif, Gram negative, tidak membentuk spora, berbentuk batang, dan pada proses fermentasi laktosa, mengeluarkan gas dan asam setelah 48 jam pada suhu 35° C. uji standar kelompok koliform adalah dengan metode tabung fermentasi ganda, dengan uji pendugaan, uji penegasan dan uji lengkap. (Waluyo, 2008)

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun mahluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber air tersebut terdiri dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam keadaan mencair dapat digunakan (Athena dkk, 2008).

Faktor-faktor biotik yang terdapat di dalam air terdiri dari bakteria, fungi, mikroalgae,protozoa dan virus, serta kumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air dapat menguntungkan tetapi juga dapat merugikan.

1. Menguntungkan

  • Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan utama ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut. Jenis-jenis mikroalgae misalnya : Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia, Scenedesmus, Tabellaria. 
  • Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad ”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara biologis 

  • Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis akan menambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/ber-tambah, ini yang diperlukan oleh kehidupan didalam air. 
  • Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain, khususnnya ikan (Widayanti dan Ristiati, 2008).

2. Merugikan

  • Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab penyakit, seperti : Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella penyebab penyakit disentribasiler, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba penyebab disentriamuba (Soetarto dkk, 2010) 
  • Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas, Salmonella, Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan Microcystis 
  • Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut berasal dari air pompa, missal di daerah permukiman baru yang tadinya persawahan. Ini disebabkan oleh adanya bakteri besi missal Crenothrix yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri (Widayanti dan Ristiati, 2008). 

Uji Kualitatif Koliform

Menurut Widiyanti dan Ristiati (2008), Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu (1) Uji penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap (completed test). Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform menggunakan metode MPN.

1) Uji penduga (presumptive test)

Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.

2) Uji penguat (confirmed test)

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya.

3) Uji pelengkap (completed test)

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek.

Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu , sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu .

Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection Agency (USEPA) lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Usepa mensyaratkan presence/absence test untuk coliform pada air minum, dimana dari 40 sampel air minum yang diambil paling banyak 5% boleh mengandung coliform. Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu sampel yang boleh positif mengandung coliform.

Meskipun demikian, USEPA mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia dan bakteri Legionella. Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml.

4) Uji identifikasi

Dengan melakukan reaksi IMVIC (Indole, Methyl red, Voges-Proskauer tes, penggunaan Citrat).

Post Comment

Comments
0 Comments
5. Silahkan cari dan ubah kata "ID FACEBOOK KAMU" dengan id facebook kamu. Dan lihat hasilnya. Cara memasang Facebook komentar Responsive Untuk anda yang sudah memasang kotak komentar facebook, tutorial ini cocok kamu terapkan di blog kamu yang sudah mendukung fitur responsive. Komentar facebook responsive berikut ini adalah kotak komentar Facebook yang dibuat responsive. Hal ini di lakukan untuk mendukung bagi yang menggunakan template responsive. Yang perlu kamu lakukan adalah menambahkan kode javascript ini: